Selasa, 20 Desember 2016

REPRODUKSI GENERATIF PADA ANGIOSPERMAE



Reproduksi Generatif pada Angiospermae
Reproduksi generatif adalah terjadinya individu baru yang didahului dengan peleburan dua sel gamet. Peristiwa ini disebut dengan pembuahan. Pembuahan (fertilisasi) pada tumbuhan berbiji akan terjadi kalau didahului adanya proses penyerbukan (persarian/polenasi).
Pembuahan Ganda (fertilisasi ganda)
Pembuahan ganda terjadi pada tumbuhan biji tertutup (Gymnospermae). Pembuahan ganda adalah penyatuan dua sel sperma dengan nukleus- nukleus yang berbeda pada gametofit betina.

Siklus Hidup Angiospermae
Bunga sporofit menghasilkan mikrospora yang membentuk gametofit jantan dan megaspora yang membentuk gametofit betina. Gametofit jantan berada didalam serbuk polen yang berkembang dalam mikrosporangia pada anter. Setiap gametofit jantan memiliki 2 sel haploid sebuah sel generatif yang membelah, membentuk 2 sperma, dan sebuah sel tabung yang menghasilkan tabung polen. Setiap ovul yang berkembang di dalam ovarium mengandung satu gametofit betina, dikenal sebagai kantong embrio. Kantong embrio terdiri dari beberapa sel, salah satunnya adalah sel telur.
Setelah dilepaskan dari anter, polen dibawa ke stigma yang lengket di ujung karpel.walaupun beberapa bunga melakukan polinasi sendiri, kebanyakan memiliki mekanisme yang memastikan polinasi silang, yang pada angiospermae merupakan transfer polen dari anter sebuah bunga pada satu tumbuhan ke stigma bunga pada tumbuhan lain dari spesies yang sama.
Saat polinasi serbuk polen yang hidup umumnya hanya terdiri dari sel tabung dan sel generatif. Setelah serbuk polen mendarat di atas stigma yang cocok, serbuk tersebut mengabsorsi air dan bergerminasi dengan menghasilkan sebuah tabung polen,yang tumbuh diantara sel sel stilus ke arah ovarium. Nukleus sel generatif membelah melalui mitosis dan membentuk 2 sperma. Dengan diarahkan zat kimia pemikat yang dihasilkan oleh 2 sinergid yang mengapit sel telur, ujung tabung polen memasuki ovul melalui mikropil dan melepaskan ke dua sperma didekat atau didalam gametofit betina (kantung embrio). Gradien asam gama / amino butirat (GABA) suatu zat kimia yang berfungsi sebagai neutrotransmiter pada sel – sel hewan mungkin merupakan sinyal yang sangat penting untuk memikat tabung polen.
Sewaktu mencapai gametofit betina, salah satu sperma menfertilisasi sel telur membentuk zigot. Sperma yang lain bergabung dengan dua nukleus polar membentuk nukleus tripoid (3n) dibagian tengah dari sel tengah yang besar pada gemetofit betina sel yang besar ini akan menjadi endosperma (endosperm), jaringan penyimpanan makanan pada biji.
Pembentukan endosperma
Endosperma biasanya berkembang sebelum embrio berkembang. Setelah fertilisasi ganda nukleus triploid pada sel tengah ovul membelah, membentuk sebuah super sel multinukleat yang sekental susu. Masa cair ini endosperma menjadi multiseluler ketika sitokinesis menbagi bagi sitoplasma melalui pembentukan membran diantara nucleus nucleus.pada akhirnya sel sel telanjang menhasilkan dinding sel endosperma menjadi padat. Pada padi-padian dan sebagian besar spesies minokotil yang lain, serta kebanyakkan eudikotil, endosperma menyimpan berbagai nutrient yang bisa digunakan oleh semaian setelah germinasi. Pada biji biji eudikotil (termasuk polong- polongan), cadangan makanan endosperma sepenuhnya diespor ke kotiledon sebelum biji menyelesaikan perkembangannya, akibatnya biji matang tidak memiliki endosperma.

Inti 1 dan 2 endosperma buluh serbuk sari dijelaskan semua dari pembentukan endosperma  dan penyerbukan

PLATYHELMINTES



BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Ilmu pengetahuan yang mempelajari hewan-hewan dan kehidupannya ialah Zoologi.Perkataaan Zoologi ialah dari perkataan Yunani zoon dan logos.Zoon berarti hewan.Logos berarti sebenarnya ajaran,tetapi sekarang telah berarti ilmu pengetahuan.
Ilmu-ilmu pengetahuan dapat dibagi dalam ilmu-ilmu pengetahuan murni atau ilmu-ilmu pengetahuan dasar dan teknologi atau ilmu-ilmu pengetahuan yang digunakan.Penelitian di dalam bidang ilmu pengetahuan murni dilakukan dengan tujuan untuk menambah pengertian.
Teknologi ialah terutama berkenaan dengan dipergunakannya hasil-hasil dari ilmu pengetahuan murni untuk hal-hal yang praktis mengingat hal ini,termasuk di dalam teknologi,ialah ilmu pertanian,ilmu perikanan,ilmu peternakan,ilmu kehutanan dan ilmu kedokteran hewan,sedangkan Zoologi ialah suatu ilmu pengetahuan murni.
Zoologi merupakan sebagian dari ilmu pengetahuan yang disebut biologi (bios = hidup),ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari jasad-jasad yang hidup,seperti dapat dibedakan dari benda-benda yang tidak hidup seperti batu dan mineral-mineral.
Obyek dari Zoologi  adalah hewan-hewan yang hidup di dalam laut, di dalam air tawar ,di daratan dan di udara.Zoologi dapat dibagi lagi dalam mata-mata pengetahuan, masing-masing mempelajari suatu gejala hidup tertentu.Ada pandangan bahwa dalam prinsipnya ada dua gejala hidup ialah bentuk dari fungsi, sehingga ada dua mata pengetahuan ialah morfologi dan fisiologi (morphe = bentuk; physis = perkembangan alam,sifat alami).Tetapi sekarang lazimnya diakui adanya lain gejala-gejala hidup yang sama pentingnya dengan bentuk dan fungsi, sehingga di samping morfologi dan fisiologi dibedakan genetika, zoogeografi pathologi dan sebagainya.
Tetapi bentuk tidak hanya dipelajari di dalam morfologi.Dipelajari juga di dalam sistematik, genetika, evolusi dan sebagainya.Dengan demikian pembagian Zoologi di dalam mata-mata pengetahuan tidak hanya berdasar atas gejala-gejala hidup, tetapi juga berdasar atas hal-hal lain.
Dalam kingdom animalia yang tegolong dalam avertebrata (hewan yang tidak bertulang belakang terbagi menjadi 10 filum, yaitu Protozoa, Porifera, Coelenterata, Platyhelminthes, Nematelminthes, Annelida, Mollusca, Arthtropoda, Echinodermata, dan Chordata.
Platyhelminthes adalah cacing daun yang umumnya bertubuh pipih. Cacing ini merupakan yang paling sederhana diantara semua hewan simetris bilateral. Platyhelminthes memiliki tubuh padat, lunak, dan epidermis bersilia. Cacing pipih merupakan hewan tripoblastik yang tidak mempunyai rongga tubuh (aselomata). Sebagian besar cacing pipih, seperti cacing isap dan cacing pita adalah parasit. Namun, banyak yang hidup bebas yang habitatnya di air tawar dan air laut, khususnya di pantai berbatu dan terumbu.
Filum ini terdiri atas 20.000 spesies. Pemberian nama pada organisme ini adalah sangat cepat. Sejumlah besar hewan ini berbentuk hampir menyerupai pita. Hewan ini simetris bilateral dengan sisi kiri dan kanan, permukaan dorsal dan ventral dan juga anterior dan posterior. Cacing parasit ini mempunyai lapisan kutikula dan silia yang hilang setelah dewasa. Hewan ini mempunyai alat pengisap yang mungkin disertai dengan kait untuk menempel. Cacing pipih belum mempunyai sistem peredaran darah dan sistem pernafasan. Sedangkan sistem pencernaannya tidak sempurna, tanpa anus. Platyhelminthes terbagi dalam 3 kelas, yaitu Kelas Turbellaria, Kelas Trematoda dan kelas Cestoda. Untuk lebih mengetahui lebih jauh mengenai hewan-hewan dalam kelas ini, maka akan di bahas dalam bab II.

B. Rumusan Masalah
                 1. Bagaimana karakteristik umum Platyhelminthes ?
                 2. Bagaimana klasifikasi Platyhelminthes ?
                 3. Bagaimana morfologi dan fisiologi Platyhelminthes ?
                 4. Bagaimana reproduksi dan sistem pencernaan Platyhelminthes ?
5. Bagaimana peranan Platyhelminthes ?

C.   Tujuan
     Adapun tujuan dari makalah yang terkait dengan Platyhelminthes adalah :
1. Untuk mengetahui karakteristik umum Platyhelminthes.
2. Untuk mengetahui klasifikasi Platyhelminthes.
3. Dapat mengetahui morfologi dan fisiologi Platyhelminthes.
4. Dapat mengetahui reproduksi dan sistem pencernaan Platyhelminthes.
5.Dapat mengetahui peranan Platyhelminthes.


BAB II
PEMBAHASAN

A.   Karakteristik Umum Platyhelminthes
Platyhelminthes  berasal dari bahasa Yunani, dari kata platys yang berarti pipih,dan helminthes yang berarti cacing.Platyhelminthes merupakan cacing pipih yang memiliki simetri bilateral ( bentuk tubuh dengan bidang longitudinal pusat membagi tubuh menjadi dua paruhan yang setara namun berlawanan) dan sistem saraf pusat yang mengolah informasi dari stuktur-struktur indra.Platyhelminthes merupakan cacing pipih (flatworm) yang hidup di habitat-habitat laut, perairan tawar, dan daratan yang lembab.Selain bentuk yang hidup bebas, cacing pipih mencakup pula banyak spesies parasit, misalnya cacing hati (flukses) dan cacing pita (tapeworm).Cacing pipih dinamai demikian karena mereka memiliki tubuh kurus yang memipih  secara dorsoventral (antara permukaan dorsal dan ventral; platyhelminth berarti ‘cacing pipih’.Cacing pipih yang paling kecil merupakan spesies yang hidup bebas dan berukuran hampir mikroskopik, sementara beberapa cacing pita bisa mencapai panjang lebih dari 20 m.
Walaupun cacing pipih mengalami perkembangan tripoblastik yaitu memiliki 3 lapisan germinal seperti endoderm (lapisan dalam), mesoderm (lapisan diantara endoderm dan ektoderm), dan ektoderm (lapisan luar) tetapi mereka merupakan aselomata( hewan yang tidak memiliki rongga tubuh).Tubuhnya yang pipih menempatkan semua sel-selnya dekat dengan air di lingkungan sekitar atau di dalam saluran pencernaannya.Karena kedekatannya dengan air, pertukaran gas dan pembuangan zat sisa bernitrogen (amonia) dapat terjadi melalui difusi menyebrangi permukaan tubuh.Cacing pipih tidak memiliki organ yang terspesialisasi untuk pertukaran gas, dan aparatus ekskresinya yang relatif sederhana terutama berfungsi  untuk mempertahankan keseimbangan osmotik dengan lingkungannya.Aparatus ini terdiri atas pronotonefridia (protonephridia), jejaring tubula dengan struktur bersilia yang disebut sebagai sel api (flame bulb) yang menarik cairan melalui saluran bercabang-cabang yang membuka keluar.Kebanyakan cacing pipih memiliki rongga gastrovaskular dengan hanya satu bukaan.Meskipun cacing pipih tidak  memiliki sirkulasi, cabang-cabang rongga gastrovaskular yang halus mengedarkan  makanan secara langsung ke sel-sel hewan.

B.   Klasifikasi platyhelminthes
Cacing pipih terbagi menjadi empat kelas yaitu Turbellaria (sebagian besar merupakan cacing pipih yang hidup bebas), Monogenea,Trematoda (cacing hati), dan CestoIda (cacing pita).
1.      Turbellaria
Hampir semua Turbellaria hidup bebas dan kebanyakan hidup di laut.Turbellaria air tawar yang paling dikenal adalah anggota-anggota genus Degusia, umumnya disebut planaria.Berlimpah di kolam-kolam dan sungai-sungai kecil yang tidak tercemar, planaria memangsa hewan-hewan yang lebih kecil atau memakan bangkai hewan.Mereka bergerak  denagan silia pada permukaan ventralnya, meluncur di sepanjang lapisan mucus yang disekresikannya.Beberapa turbellaria yang lain juga menggunakan otot-ototnya untuk berenang melalui air dengan gerakan berdenyut.
Kepala planaria dilengkapi dengan sepasang bintik mata yang sensitif cahaya dan kelopak lateral yang terutama berfungsi untuk mendeteksi zat-zat kimia tertentu.Sistem saraf planaria lebih kompleks dan tersentralisasi daripada jaring-jaring saraf knidaria.Sejumlah percobaan menunjukkan bahwa planaria dapat belajar memodifikasi responsnya terhadap stimuli.
Beberapa planaria dapat bereproduksi secara aseksual melalui fisi.Induk berkonstriksi kira-kira di bagian tengah tubuhnya, memisah menjadi ujung kepala dan ujung ekor, masing-masing ujung kemudian meregenerasikan bagian-bagian yang hilang.Reproduksi seksual juga terjadi.Planaria adalah hermafrodit,dan pasangan-pasangan yang kawin umumnya saling melakukan fertilisasi silang. Maka dalam tubuh seekor hewan tersebut terdapat alat kelamin jantan dan betina .Adapun susunan alat kelamin tersebut adalah sebagai berikut :
Organ kelamin jantan terdiri atas :
1.      Testis (berjumlah ratusan, berbentuk bulat selebar di samping sisi kedua tubuh).
2.      Vasa everensia (merupakan pembuluh yang menghubungkan testis dengan bagian pembuluh lainnya yang lebih bear).
3.      Vasa deverensia (merupakan pembuluh yang berjumlah dua buah yang masing-masing membentang di setiap sisi tubuh yang kedua-duanya saling bertemu dan bermuara kedalam suatu kantung yang disebut vesiculus seminalis.
4.      Vesicular seminalis (merupakan kantung yang berfungsi menampung sperma dan menyalurkan  sperma ke penis).
5.      Penis, merupakan alat pentransfer ke tubuh atau ke alat kelamin planaria yang lain pada waktu mengadakan kopulasi dalam rangka mengadakan perkawinan silang. Penis ini bermuara ke dalam ruang genetalis.
6.      Ruang genetalis (yang waktu kopulasi menjulur keluar melalui poros genetalis).

Organ kelamin betina terdiri atas :
 1.  Ovari berjumlah dua buah, terbentuk bulat terletak di bagian anterior tubuh.
 2. Oviduct (saluran telur) dari setiap ovarium akan membentang ke arah posterior sebuah saluran yang disebut oviduct atau aliran telur.Antara saluran telur kanan dan kiri saling bersejajar yang saling dilengkapi dengan kelenjar yang menghasilkan kuning telur.
3. Kelenjar kuning telur, menghasilkan kuning telur yang akan disediakan bagi sel telur bila telah diproduksi oleh ovarium.
4. Vagina, merupakan saluran yang berfungsi untuk menerima transfer spermatozoid dari Planaria lain, dimana spermatozoid yang telah ditranfer selanjutnya akan disimpan dalam ruangan yang disebut receptaculus seminalis.
5. Uterus (receptaculus seminalis) merupakan ruangan yang bentuknya menggelembung yang  berfungsi untuk menyimpan spermatozoid hasil transfer dari Planaria lain.
6. Genital atrium (ruang genitalis) merupakan muara bersama antara kedua buah saluran telur (oviduct) yang telah disebut di atas.Planaria berkembangbiak dengan cara seksual maupun aseksual.


Berdasarkan atas jumlah cabang-cabang pokok dari intestinumnya, Classis Turbellaria terbagi atas 5 ordo :
Ordo 1 Acela
Ø  Tidak mempunyai intestinum
Ø  Hidupn di laut, jumlah spesies sedikit
Ø  Contoh : Anaperus sulcatus
Ordo 2 Alloeacela
Ø  Intestinum mempunyai satu cabang utama dengan cabang-cabang kecil kelateral
Ø  Kadang-kadang terbagi atas 5 subordo
Ø  Contoh : Baicalartia gulo

Ordo 3 Polycladida
Ø  Intestinum mempunyai banyak cabang-cabang pokok
Ø  Semua anggota hidup di laut
Ø  Contoh : Limnostylochus bornencis terdapat di Borneo
Ordo 4 Rhabdocela
Ø  Intestinum sederhana dan lurus (tubuler)
Ø  Mempunyai sebuah mulut pada ujung anterior
Ø  Umumnya bersifat aquatic
Ø  Makan secara phagocytose
Ø  Terdiri dari 3 subordo
Ø  Contoh : Aularina couposita, terdapat di Atlantik Utara
Ordo 5 Tricladida
Ø  Intestinum mempunyai 3 cabang pokok
Ø  Bersifat aquatis, terutama dalam air tawar, tapi ada juga yang hidup dalam air laut, ada beberapa spesies yang berada terrestrial
Ø  Contoh : Planaria : Dugesia tigrina
2.      Monogenea dan Trematoda
Monogenea dan trematoda hidup sebagai parasit di dalam atau pada hewan lain.Kebanyakan memiliki penghisap yang melekat ke organ-organ internal atau permukaan-permukaan luar dari hewan inang.Lapisan luar yang keras membantu melindungi parasit di dalam inangnya.Organ-organ reproduksi menempati hampir seluruh bagian dalam dari cacing-cacing ini.
Sebagai suatu kelompok, trematoda menjadi parasit pada banyak inang, dan sebagian besar spesies memiliki siklus hidup yang kompleks dengan pergiliran tahap seksual dan aseksual.Banyak trematoda memerlukan inang perantara, tempat larva berkembang sebelum menginfeksi inang akhir (biasanya vertebrata), tempat cacing dewasa hidup.Misalnya, termatoda yang menjadi parasit pada manusia menghabiskan sebagian hidupnya  di dalam inang siput.Di seluruh dunia, sekitar 200 juta orang terinfeksi cacing darah (Schistosoma) dan menderita skistosomasis, penyakit yang gejala-gejalanya mencakup nyeri,anemia, dan disentri.
Hidup di dalam inang-inang yang berbeda menghadapkan trematoda pada berbagai tuntutan yang tidak dihadapi oleh hewan yang hidup bebas.Cacing darah,  misalnya, harus menghindari sistem imun pada siput maupun manusia.Dengan meniru protein permukaan inangnya, cacing darah menciptakan kamuflase imunologis parsial bagi dirinya sendiri.Cacing tersebut juga melepaskan molekul-molekul yang memanipulasi sistem imun inang sehingga menoleransi keberadaan parasit. Pertahanan-pertahanan ini sangat efektif sehingga individu cacing darah dapat sintas di dalam tubuh manusia selama lebih dari 40 tahun.
Akan tetapi, kebanyakan monogenea adalah parasit eksternal pada ikan.Siklus hidup monogenea relatif sederhana; larva bersilia yang berenang bebas memulai infeksi inang ikan.Walaupun monogenea secara tradisional dijajarkan dengan trematoda, beberapa bukti struktural dan kimiawi menunjukkan bahwa mereka lebih berkerabat dekat dengan cacing pita.
Contoh lain pada Fasticiola Hepatica
Ukuran tubuh antara pada Fasciola Hepatica 8-13 mm, bentuknya pipih (seperti daun), susunan tubuhnya tripoblastik.
1.Lapisan ektoderm (tipis, mengandung sisik kitin dan sel-sel tunggal kelenjar, dilapisi kutikula yang berfungsi melindungi  jaringan di bawahnya dan cairan hospes).
2.Lapisan endoderm (mengandung sisik chitine dan sel-sel tunggal kelenjar. Ektoderm melapisi saluran pencernaan).
3.Lapisan mesoderm (merupakan jaringan yang membentuk otot, alat ekskresi dan saluran reproduksi).
Sistem pencernaan makanan sederhana.  Saluran pencernaan terdiri atas: mulut, faring (saluran pendek) esophagus, usus (terdiri dari dua cabang utama yang menjulur dari anterior ke posterior sebelah-menyebelah dalam tubuh). Selanjutnya cabang utama itu akan bercabang lagi (cabang tersebut disebut divertikulum, seperti pada Planaria). Tidak memiliki sistem sirkulasi, maka bahan makanan diedarkan oleh saluran pencernaan makanan itu sendiri.
Yang khas pada semua cacing pipih, sistem protonefridial yang terdiri atas flame cells (flame bulbs) dihubungkan oleh tubulus yang bersatu menjadi duktus yang lebih besar bermuara secara bebas keluar tubuh atau bergabung dahulu menjadi suatu kandung kencing yang bermuara pada atau dekat ujung posterior cacing. Flame cells atau duktus tidak hanya berfungsi untuk ekskresi, tetapi juga untuk pengaturan air dan barangkali untuk menjaga agar cairan tubuh selalu bergerak. Duktus-duktus atau tubulus-tubulus mengandung tonjolan-tonjolan kecil seperti jari, yang diduga membantu reabsorpsi dengan peningkatan daerah permukaan internal.
              Fasciola hepatica bersifat hermaprodit, dari setiap individu dapat menghasilkan ratusan ribu telur, telur tersebut dikeluarkan ke usus dan keluar bersama-sama dengan feses. Telur bila sampai pada tempat yang baik (basah) akan menetas menjadi miracidium. Miracidium ini bergerak dengan silianya ke siput Lymnea dan masuk ke dalam tubuh siput (miracidium di luar tubuh siput tahan hidup selama 8 jam). Mirasidium keluar dari telur di dalam usus siput. Berhubung siput senang makan tinja, maka terdapat kesempatan luas untuk tertelannya telur cacing  ke dalam usus siput. Miracidium setelah dua minggu di dalam tubuh siput akan menjadi sporocyst yang menghasilkan redia-redia yang mempunyai sebuah batil hisap yang telah berkembang sempurna dan sebuah usus embrionik. Sebagian besar jaringan internal bersifat germinal, dan di dalam redia akan dihasilkan cercaria-cercaria . Cercaria yang masak mempunyai dua batil hisap, usus yang bercabang dan  mempunyai alat gerak semacam  ekor untuk menempel pada tumbuhan air atau tumbuhan darat dekat dengan tempat berair dalam bentuk metacercaria (mengkista). Selain itu mereka juga memiliki berbagai macam sel-sel kelenjar, termasuk sel-sel penembus dan sitogenik. Sel sitogenik tersebut berperanan di dalam pembentukan dinding sista metacercaria. Seperti mirasidia, cercaria mungkin juga mempunyai bintik-bintik mata atau fotoreseptor yang mengandung sel-sel sensoris dan sel-sel berisi pigmen. Metacercaria yang mengkista dapat termakan oleh ternak dan akan menjadi Fasciola hepatica dewasa yang menetap di dalam hati.
3.     Cestoda
Cacing pita ( Cestoidea) juga bersifat parasitik.Cacing pita dewasa sebagian besar hidup di dalam vertebrata, termasuk manusia.Pada cacing pita, ujung anterior, atau skoleks (scolex), dipersenjatai dengan penghisap dan kait yang digunakan untuk melekatkan diri ke lapisan usus inangnya.Cacing pita tidak memiliki mulut dan rongga gastrovaskular; mereka mengabsorpsi nutrient yang dilepaskan oleh pencernaaan di dalam usus inang.Absorpsi terjadi diseluruh permukaan tubuh cacing pita.
Bagian yang terletak posterior terhadap skoleks adalah pita panjang dari unit-unit yang disebut proglotid, yang pada dasarnya hanyalah kantong organ seks.Setelah reproduksi seksual, proglotid yang penuh dengan ribuan telur yang terfertilisasi dilepaskan dari ujung posterior cacing pita dan meninggalkan tubuh inang bersama feses.Pada salah satu tipe siklus hidup cacing pita, feses yang terinfeksi mengontaminasi makanan atau air dari inang perantara, misalnya babi atau sapi.Telur cacing pita pun berkembang menjadi larva yang membentuk kista di dalam otot-otot hewan ini.Manusia tertular larva melalui konsumsi daging yang tidak dimasak dengan baik dan terkontaminasi dengan kista, dan cacing akan berkembang menjadi dewasa di dalam tubuh manusia.Cacing pita yang besar dapat menyumbat usus dan merampas cukup banyak nutrient dari inang manusia sehingga menyebabkan defisiensi nutrisi.Dokter biasanya meresepkan obat-obatan yang dimasukkan melalui mulut, niklosamida, untuk membunuh cacing dewasa.
Contoh pada Taenia Saginata
Taenia merupakan cacing yang sangat Panjang yang terdiri atas: sebuah kepala bulat yang disebut scolex, sejumlah ruas yang sama yang disebut proglottida. Pada kepala terdapat alat hisap dan jenis Taenia solium mempunyai kait (rostellum). Di belakang scolex terdapat leher kecil yang selalu tumbuh yang akan menghasilkan proglottida baru yang mula-mula kecil tumbuh menjadi besar. Panjang tubuh cacing pita mencapai 2 meter. Proglottida yang paling akhir merupakan proglottida yang paling tua yang selalu melepaskan diri. Dalam proglottida tua terdapat sejumlah telur.
 Tubuh cacing pita disesuaikan dengan kehidupan parasit. Tidak mempunyai alat pencernaan makanan, karena langsung menghisap zat makanan pada hospesnya.Saluran ekskresi memanjang dengan cabang-cabang yang berakhir dengan sel api.Sistem syaraf seperti pada Planaria dan cacing hati, tapi tidak begitu berkembang baik.
            Proglottida yang masak mengandung alat reproduksi jantan yaitu: (1) testis yang menghasilkan spermatozoa, (2) vasa deferensia yang membawa ke (3) lubang genital. Alat reproduksi betina yaitu: (1) ovari yang menghasilkan sel telur, (2) oviduct yang merupakan penyalur sel telur, (3) kelenjar yolk (kuning telur yang membungkus sel telur), (4) kelenjar pembungkus yang membungkus telur dan seterusnya masuk ke (5) uterus. Di dalam uterus itulah akan terjadi fertilisasi atau pembuahan  dengan spermatozoa, yang mungkin datang dari proglottida yang sama. Setelah itu turun ke vagina. Proglottida yang telah masak dan tua yang banyak mengandung sel telur yang telah dibuahi akan lepas dan keluar bersama-sama dengan feses hospes. Telur yang mengandung embrio yang termakan oleh babi akan tumbuh menjadi larva yang melobangi dinding usus terus mengikuti aliran darah menetap di daging menjadi kista, yang selanjutnya menjadi Cysticercus. Bila daging tersebut dimakan masih mentah, maka Cysticercus menjadi daging dewasa di dalam usus hospes baru.  

Cestoidea terbagi menjadi 2 subclassis :
1.      Subclassis Cestodaria
Ø  Tubuh (strobila) tidak bersegment; lat reproduksi tunggal
Ø  Tidak mempunyai tractus digestivus
Ø  Onchosper mempunyai 10 kait
Ø  Kebanyakan bersifat parasit
2.      Subclassis Cestoda
Ø  Tubuh bersegment yang disebut proglottid
Ø  Umumnya mempunyai satu alat reproduksi atau lebih
Ø  Onchosper mempunyai 6 kait
Ø  Terdiri atas 3 ordo yaitu: Psedophyllida, Cyclophyllida dan Tetraphyllidea;spesies dari 2 ordo yang pertama bersifat parasit pada manusia.
Ordo 1 Pseudophyllidea
Ø Scolex umumnya mempunyai 2 bothria atau celah dan kadang-kadang terdapat 4         proboscis dengan kait-kait
Ø Porus uterin pada permukaan  proglottid yang datar
Ø Uterus mempunyai sebuah sacculus (kantong kecil) dan vitellaria tersebar
Ø Ova bercapsula dan onchosper bercilia
Ø Contoh : Diphyllobothrium cordatum,Diplogonoporus grandis,Ligula intestinalis
Ordo 2 Cyclophyllidea
Ø Scolex mempunyai 4 alat penghisap berbentuk mangkuk dan mempunyai rostellum
Ø Porus uterin tidak ada
Ø Proglottid yang telah gravid akan terputus dari strobila
Ø Ova tidak bercapsula
Ø Onchospher tidak bersilia
Ø Contoh : Taena solium, Dipylidium caninum, Hymenelepis nana
Ordo 3 Tetraphyllidea
Ø Scolex mempunyai 4 bothridia, 4 alat penghisap, atau 4 proboscis, kadang-kadang dengan kait-kait
Ø Porus uterin jarang ada dan vitellaria diffus terdapat di bagian lateral proglottid
Ø Ova tidak bercapsula
Ø Onchosper tidak bersilia
Ø Spesies bersifat parasit pada Pisces, Amphibia dan Reptilia
Ø Contoh : Phyllobothrium dahrnii
C.   Morfologi dan Fisiologi Platyhelminthes
Tubuh Platyhelminthes simetri bilateral yang berbentuk pipih. Ukuran platyhelmintes sangat beragam, mulai dari yang hampir mikroskopis sampai yang panjangnya 20 meter. Filum Platythelminthes adalah hewan triploblastik yang terdiri dari ektroderm, mesoderm, dan endoderm. Platyhelminthes tidak memiliki rongga tubuh (selom), jadi mereka disebut hewan aselomata. Sistem pencernaan pada Platyhelminthes terdiri dari mulut, faring dan usus. Usus tersebar ke seluruh tubuh. Karena Platyhelminthes tidak memiliki anus, maka sistem pencernaan Platyhelminthes disebut juga system pencernaan satu lubang. Platyhelminthes juga tidak memiliki sistem respirasi dan ekskresi. Pernapasan dilakukkan secara difusi oleh seluruh sel tubh Platyhelminthes. Platyhelminthes tertentu memiliki sistem saraf tangga tali. Sistem saraf tangga tali terdiri dari sepasang simpu saraf (ganglia) dengan sepasang tali saraf yang memanjang dan bercaang melintang seperti tangga. Organ reproduksi jantan dan betina berada di dalam satu individu Platyhelminthes sehingga disebut hermafrodit.
Description: Ciri Cacing Pipih Platyhelminthes

D.   Reproduksi Platyhelminthes
Cacing pipih dapat berkembang biak secara aseksual dan secara seksual. Secara aseksual dilakukan dengan pembelahan tubuh. Tiap-tiap hasil pembelahan akan meregenerasi bagian yang hilang. Cara ini biasa dilakukan oleh Tubellaria sp. Secara seksual dilakukan dengan perkawinan silang meskipun cacing pipih bersifat hermafrodit. Zigot dan kuning telur yang terbungkus kapsul akan menempel pada batu atau tumbuhan, kemudian menetas menjadi embrio yang mirip induknya.
E.    Sistem Pencernaan Platyhelminthes
Sistem pencernaan cacing pipih disebut sistem gastrovaskular, dimana peredaran makanan tidak melalui darah tetapi oleh usus.Sistem pencernaan cacing pipih dimulai dari mulut,  faring, dan dilanjutkan ke kerongkongan.Di belakang kerongkongan terdapat usus yang memiliki cabang ke seluruh tubuh.Dengan demikian, selain mencerna makanan, usus juga mengdarkan makanan ke seluruh tubuh.
Selain itu, cacing pipih juga melakukan pembuangan sisa makanan melalui mulut karena tidak memiliki anus.Cacing pipih tidak memiliki sistem transpor karena makanannya diedarkan melalui sistem gastrovaskular. Sementara itu, gas O2 dan CO2 dikeluarkan dari tubuhnya melalui proses difusi.
F.    Peranan Platyhelminthes Dalam Kehidupan
Adapun peranan Platyhelminthes dalam kehidupan adalah sebagai berikut:
1.     Planaria menjadi salah satu makanan bagi organisme lain.
2.    Cacing hati maupun cacing pita merupakan parasit pada manusia
a.    Schistosoma sp, dapat menyebabkan skistosomiasis, penyakit parasit yang ditularkan melalui siput air tawar pada manusia. Apabila cacing tersebut berkembang di tubuh manusia, dapat terjadi kerusakan jaringan dan organ seperti kandung kemih, ureter, hati, limpa, dan ginjal manusia.Kerusakan tersebut disebabkan perkembangbiakan cacing Schistosoma di dalam tubuh.
b.    Clonorchis sinensis yang menyebabkan infeksi cacing hati pada manusia dan hewan mamalia lainnya, spesies ini dapat menghisap darah manusia.
c.    Paragonimus sp, parasit pada paru-paru manusia. dapat menyebabkan gejala gangguan pernafasan yaitu sesak bila bernafas, batuk kronis, dahak atau sputum becampur darah yang berwarna coklat (ada telur cacing).
d.   Fasciolisis sp, parasit di dalam saluran pencernaan. Terjadinya radang di daerah gigitan, menyebabkan hipersekresi dari lapisan mukosa usus sehingga menyebabkan hambatan makanan yang lewat. Sebagai akibatnya adalah ulserasi, haemoragik dan absces pada dinding usus. Terjadi gejala diare kronis.
e.    Taeniasis, penyakit yang disebabkan oleh Taenia sp. Cacing ini menghisap sari-sari makanan di usus manusia.
f.     Fascioliasis, disebabkan oleh Fasciola hepatica. Merupakan penyakit parasit yang menyerang semua jenis ternak. Hewan terserang ditandai dengan nafsu makan turun, kurus, selaput lendir mata pucat dan diare.





BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Platyhelminthes berasal dari bahasa Yunani, dari kata platys yang berarti pipih,dan helminthes yang berarti cacing.Platyhelminthes merupakan cacing pipih yang memiliki simetri bilateral ( bentuk tubuh dengan bidang longitudinal pusat membagi tubuh menjadi dua paruhan yang setara namun berlawanan) dan sistem saraf pusat yang mengolah informasi dari stuktur-struktur indra.Platyhelminthes merupakan cacing pipih (flatworm) yang hidup di habitat-habitat laut, perairan tawar, dan daratan yang lembab.Selain bentuk yang hidup bebas, cacing pipih mencakup pula banyak spesies parasit, misalnya cacing hati (flukses) dan cacing pita (tapeworm).Cacing pipih dinamai demikian karena mereka memiliki tubuh kurus yang memipih  secara dorsoventral (antara permukaan dorsal dan ventral; platyhelminth berarti ‘cacing pipih’.Cacing pipih yang paling kecil merupakan spesies yang hidup bebas dan berukuran hampir mikroskopik, sementara beberapa cacing pita bisa mencapai panjang lebih dari 20 m.
Walaupun cacing pipih mengalami perkembangan tripoblastik yaitu memiliki 3 lapisan germinal seperti endoderm (lapisan dalam), mesoderm (lapisan diantara endoderm dan ektoderm), dan ektoderm (lapisan luar) tetapi mereka merupakan aselomata( hewan yang tidak memiliki rongga tubuh).Cacing pipih terbagi menjadi empat kelas yaitu Turbellaria (sebagian besar merupakan cacing pipih yang hidup bebas), Monogenea,Trematoda (cacing hati), dan CestoIda (cacing pita). Cacing pipih dapat berkembang biak secara aseksual dan secara seksual. Secara aseksual dilakukan dengan pembelahan tubuh. Tiap-tiap hasil pembelahan akan meregenerasi bagian yang hilang. Cara ini biasa dilakukan oleh Tubellaria sp. Secara seksual dilakukan dengan perkawinan silang meskipun cacing pipih bersifat hermafrodit. Sistem pencernaan cacing pipih disebut sistem gastrovaskular, dimana peredaran makanan tidak melalui darah tetapi oleh usus

B.   Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dalam hal ini kami memerlukan kritik dan saran dari pembaca agar makalah ini menjadi lebih baik.

Daftar Pustaka
Campbell.2008.Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2.Jakarta:Erlangga.
Prof.Drs.Radiopoetro.1985.Zoologi.Jakarta:Erlangga.
https://docs.google.com/document diakses di Yogyakarta pada tanggal 10 Maret 2016 pada pukul 09.30 WIB.
http://firmanbiotik.blogspot.co.id/2013/09/makalah-platyhelminthes.html di akses di Yogyakarta pada tanggal 9 Maret 2016 pada pukul 14:30 WIB.