BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan yang mempelajari hewan-hewan dan
kehidupannya ialah Zoologi.Perkataaan Zoologi ialah dari perkataan Yunani zoon
dan logos.Zoon berarti hewan.Logos berarti sebenarnya ajaran,tetapi sekarang
telah berarti ilmu pengetahuan.
Ilmu-ilmu pengetahuan dapat dibagi dalam ilmu-ilmu
pengetahuan murni atau ilmu-ilmu pengetahuan dasar dan teknologi atau ilmu-ilmu
pengetahuan yang digunakan.Penelitian di dalam bidang ilmu pengetahuan murni
dilakukan dengan tujuan untuk menambah pengertian.
Teknologi ialah terutama berkenaan dengan dipergunakannya
hasil-hasil dari ilmu pengetahuan murni untuk hal-hal yang praktis mengingat
hal ini,termasuk di dalam teknologi,ialah ilmu pertanian,ilmu perikanan,ilmu
peternakan,ilmu kehutanan dan ilmu kedokteran hewan,sedangkan Zoologi ialah
suatu ilmu pengetahuan murni.
Zoologi merupakan sebagian dari ilmu pengetahuan yang
disebut biologi (bios = hidup),ialah ilmu pengetahuan yang mempelajari
jasad-jasad yang hidup,seperti dapat dibedakan dari benda-benda yang tidak
hidup seperti batu dan mineral-mineral.
Obyek dari Zoologi adalah
hewan-hewan yang hidup di dalam laut, di dalam air tawar ,di daratan dan di
udara.Zoologi dapat dibagi lagi dalam mata-mata pengetahuan, masing-masing
mempelajari suatu gejala hidup tertentu.Ada pandangan bahwa dalam prinsipnya
ada dua gejala hidup ialah bentuk dari fungsi, sehingga ada dua mata
pengetahuan ialah morfologi dan fisiologi (morphe = bentuk; physis =
perkembangan alam,sifat alami).Tetapi sekarang lazimnya diakui adanya lain
gejala-gejala hidup yang sama pentingnya dengan bentuk dan fungsi, sehingga di
samping morfologi dan fisiologi dibedakan genetika, zoogeografi pathologi dan
sebagainya.
Tetapi bentuk tidak hanya dipelajari di dalam
morfologi.Dipelajari juga di dalam sistematik, genetika, evolusi dan
sebagainya.Dengan demikian pembagian Zoologi di dalam mata-mata pengetahuan
tidak hanya berdasar atas gejala-gejala hidup, tetapi juga berdasar atas
hal-hal lain.
Dalam kingdom animalia yang tegolong dalam avertebrata (hewan yang tidak bertulang
belakang terbagi menjadi 10 filum, yaitu Protozoa, Porifera, Coelenterata,
Platyhelminthes, Nematelminthes, Annelida, Mollusca, Arthtropoda,
Echinodermata, dan Chordata.
Platyhelminthes
adalah cacing daun yang umumnya bertubuh pipih. Cacing ini merupakan yang
paling sederhana diantara semua hewan simetris bilateral. Platyhelminthes
memiliki tubuh padat, lunak, dan epidermis bersilia. Cacing pipih merupakan
hewan tripoblastik yang tidak mempunyai rongga tubuh (aselomata). Sebagian besar cacing pipih, seperti cacing isap dan cacing pita
adalah parasit. Namun, banyak yang hidup bebas yang habitatnya di air tawar dan
air laut, khususnya di pantai berbatu dan terumbu.
Filum ini
terdiri atas 20.000 spesies. Pemberian nama pada
organisme ini adalah sangat cepat. Sejumlah besar hewan ini berbentuk hampir
menyerupai pita. Hewan ini simetris bilateral dengan sisi kiri dan kanan,
permukaan dorsal dan ventral dan juga anterior dan posterior. Cacing parasit
ini mempunyai lapisan kutikula dan silia yang hilang setelah dewasa. Hewan ini
mempunyai alat pengisap yang mungkin disertai dengan kait untuk menempel.
Cacing pipih belum mempunyai sistem peredaran darah dan sistem pernafasan. Sedangkan
sistem pencernaannya tidak sempurna, tanpa anus. Platyhelminthes terbagi dalam
3 kelas, yaitu Kelas Turbellaria, Kelas Trematoda dan kelas Cestoda. Untuk
lebih mengetahui lebih jauh mengenai hewan-hewan dalam kelas ini, maka akan di
bahas dalam bab II.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana karakteristik umum Platyhelminthes ?
2.
Bagaimana klasifikasi Platyhelminthes ?
3.
Bagaimana morfologi dan fisiologi Platyhelminthes ?
4.
Bagaimana reproduksi dan sistem pencernaan Platyhelminthes ?
5. Bagaimana
peranan Platyhelminthes ?
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari makalah yang terkait dengan Platyhelminthes adalah :
1. Untuk mengetahui karakteristik umum
Platyhelminthes.
2. Untuk mengetahui klasifikasi Platyhelminthes.
3. Dapat mengetahui morfologi dan fisiologi
Platyhelminthes.
4. Dapat mengetahui reproduksi dan sistem pencernaan
Platyhelminthes.
5.Dapat mengetahui peranan
Platyhelminthes.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Karakteristik Umum Platyhelminthes
Platyhelminthes berasal dari bahasa Yunani, dari kata platys
yang berarti pipih,dan helminthes yang berarti cacing.Platyhelminthes merupakan
cacing pipih yang memiliki simetri bilateral ( bentuk tubuh dengan bidang
longitudinal pusat membagi tubuh menjadi dua paruhan yang setara namun
berlawanan) dan sistem saraf pusat yang mengolah informasi dari
stuktur-struktur indra.Platyhelminthes merupakan cacing pipih (flatworm) yang hidup di habitat-habitat
laut, perairan tawar, dan daratan yang lembab.Selain bentuk yang hidup bebas,
cacing pipih mencakup pula banyak spesies parasit, misalnya cacing hati (flukses) dan cacing pita (tapeworm).Cacing pipih dinamai demikian
karena mereka memiliki tubuh kurus yang memipih
secara dorsoventral (antara permukaan dorsal dan ventral; platyhelminth berarti ‘cacing
pipih’.Cacing pipih yang paling kecil merupakan spesies yang hidup bebas dan
berukuran hampir mikroskopik, sementara beberapa cacing pita bisa mencapai
panjang lebih dari 20 m.
Walaupun
cacing pipih mengalami perkembangan tripoblastik yaitu memiliki 3 lapisan
germinal seperti endoderm (lapisan dalam), mesoderm (lapisan diantara endoderm
dan ektoderm), dan ektoderm (lapisan luar) tetapi mereka merupakan aselomata(
hewan yang tidak memiliki rongga tubuh).Tubuhnya yang pipih menempatkan semua
sel-selnya dekat dengan air di lingkungan sekitar atau di dalam saluran
pencernaannya.Karena kedekatannya dengan air, pertukaran gas dan pembuangan zat
sisa bernitrogen (amonia) dapat terjadi melalui difusi menyebrangi permukaan
tubuh.Cacing pipih tidak memiliki organ yang terspesialisasi untuk pertukaran
gas, dan aparatus ekskresinya yang relatif sederhana terutama berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan osmotik
dengan lingkungannya.Aparatus ini terdiri atas pronotonefridia (protonephridia), jejaring tubula dengan
struktur bersilia yang disebut sebagai sel api (flame bulb) yang menarik cairan melalui saluran bercabang-cabang
yang membuka keluar.Kebanyakan cacing pipih memiliki rongga gastrovaskular
dengan hanya satu bukaan.Meskipun cacing pipih tidak memiliki sirkulasi, cabang-cabang rongga
gastrovaskular yang halus mengedarkan
makanan secara langsung ke sel-sel hewan.
B.
Klasifikasi platyhelminthes
Cacing pipih terbagi menjadi empat
kelas yaitu Turbellaria (sebagian besar merupakan cacing pipih yang hidup
bebas), Monogenea,Trematoda (cacing hati), dan CestoIda (cacing pita).
1. Turbellaria
Hampir semua
Turbellaria hidup bebas dan kebanyakan hidup di laut.Turbellaria air tawar yang
paling dikenal adalah anggota-anggota genus Degusia,
umumnya disebut planaria.Berlimpah di kolam-kolam dan sungai-sungai kecil yang
tidak tercemar, planaria memangsa hewan-hewan yang lebih kecil atau memakan
bangkai hewan.Mereka bergerak denagan
silia pada permukaan ventralnya, meluncur di sepanjang lapisan mucus yang
disekresikannya.Beberapa turbellaria yang lain juga menggunakan otot-ototnya
untuk berenang melalui air dengan gerakan berdenyut.
Kepala
planaria dilengkapi dengan sepasang bintik mata yang sensitif cahaya dan kelopak
lateral yang terutama berfungsi untuk mendeteksi zat-zat kimia tertentu.Sistem
saraf planaria lebih kompleks dan tersentralisasi daripada jaring-jaring saraf
knidaria.Sejumlah percobaan menunjukkan bahwa planaria dapat belajar
memodifikasi responsnya terhadap stimuli.
Beberapa
planaria dapat bereproduksi secara aseksual melalui fisi.Induk berkonstriksi
kira-kira di bagian tengah tubuhnya, memisah menjadi ujung kepala dan ujung
ekor, masing-masing ujung kemudian meregenerasikan bagian-bagian yang
hilang.Reproduksi seksual juga terjadi.Planaria adalah hermafrodit,dan
pasangan-pasangan yang kawin umumnya saling melakukan fertilisasi silang.
Maka dalam tubuh seekor hewan tersebut terdapat alat kelamin jantan dan betina
.Adapun susunan alat kelamin tersebut adalah sebagai berikut :
Organ
kelamin jantan terdiri atas :
1. Testis
(berjumlah ratusan, berbentuk bulat selebar di samping sisi kedua tubuh).
2. Vasa
everensia (merupakan pembuluh yang menghubungkan testis dengan bagian pembuluh
lainnya yang lebih bear).
3. Vasa
deverensia (merupakan pembuluh yang berjumlah dua buah yang masing-masing
membentang di setiap sisi tubuh yang kedua-duanya saling bertemu dan bermuara
kedalam suatu kantung yang disebut vesiculus seminalis.
4. Vesicular
seminalis (merupakan kantung yang berfungsi menampung sperma dan
menyalurkan sperma ke penis).
5. Penis,
merupakan alat pentransfer ke tubuh atau ke alat kelamin planaria yang lain
pada waktu mengadakan kopulasi dalam rangka mengadakan perkawinan silang. Penis
ini bermuara ke dalam ruang genetalis.
6. Ruang
genetalis (yang waktu kopulasi menjulur keluar melalui poros genetalis).
Organ
kelamin betina terdiri atas :
1. Ovari berjumlah dua buah, terbentuk bulat
terletak di bagian anterior tubuh.
2. Oviduct (saluran telur) dari setiap ovarium
akan membentang ke arah posterior sebuah saluran yang disebut oviduct atau
aliran telur.Antara saluran telur kanan dan kiri saling bersejajar yang saling
dilengkapi dengan kelenjar yang menghasilkan kuning telur.
3.
Kelenjar kuning telur, menghasilkan kuning telur yang akan disediakan bagi sel
telur bila telah diproduksi oleh ovarium.
4.
Vagina, merupakan saluran yang berfungsi untuk menerima transfer spermatozoid
dari Planaria lain, dimana spermatozoid yang telah ditranfer selanjutnya akan
disimpan dalam ruangan yang disebut receptaculus seminalis.
5.
Uterus (receptaculus seminalis) merupakan ruangan yang bentuknya menggelembung
yang berfungsi untuk menyimpan
spermatozoid hasil transfer dari Planaria lain.
6.
Genital atrium (ruang genitalis) merupakan muara bersama antara kedua buah
saluran telur (oviduct) yang telah disebut di atas.Planaria berkembangbiak
dengan cara seksual maupun aseksual.
Berdasarkan
atas jumlah cabang-cabang pokok dari intestinumnya, Classis Turbellaria terbagi
atas 5 ordo :
Ordo 1 Acela
Ø Tidak
mempunyai intestinum
Ø Hidupn di
laut, jumlah spesies sedikit
Ø Contoh : Anaperus sulcatus
Ordo 2 Alloeacela
Ø Intestinum
mempunyai satu cabang utama dengan cabang-cabang kecil kelateral
Ø Kadang-kadang
terbagi atas 5 subordo
Ø Contoh : Baicalartia gulo
Ordo 3 Polycladida
Ø Intestinum
mempunyai banyak cabang-cabang pokok
Ø Semua
anggota hidup di laut
Ø Contoh : Limnostylochus bornencis terdapat di
Borneo
Ordo 4 Rhabdocela
Ø Intestinum
sederhana dan lurus (tubuler)
Ø Mempunyai
sebuah mulut pada ujung anterior
Ø Umumnya
bersifat aquatic
Ø Makan secara
phagocytose
Ø Terdiri dari
3 subordo
Ø Contoh : Aularina couposita, terdapat di Atlantik
Utara
Ordo 5 Tricladida
Ø Intestinum
mempunyai 3 cabang pokok
Ø Bersifat
aquatis, terutama dalam air tawar, tapi ada juga yang hidup dalam air laut, ada
beberapa spesies yang berada terrestrial
Ø Contoh : Planaria : Dugesia tigrina
2. Monogenea dan Trematoda
Monogenea dan trematoda hidup
sebagai parasit di dalam atau pada hewan lain.Kebanyakan memiliki penghisap
yang melekat ke organ-organ internal atau permukaan-permukaan luar dari hewan
inang.Lapisan luar yang keras membantu melindungi parasit di dalam
inangnya.Organ-organ reproduksi menempati hampir seluruh bagian dalam dari
cacing-cacing ini.
Sebagai suatu kelompok, trematoda
menjadi parasit pada banyak inang, dan sebagian besar spesies memiliki siklus
hidup yang kompleks dengan pergiliran tahap seksual dan aseksual.Banyak
trematoda memerlukan inang perantara, tempat larva berkembang sebelum
menginfeksi inang akhir (biasanya vertebrata), tempat cacing dewasa
hidup.Misalnya, termatoda yang menjadi parasit pada manusia menghabiskan
sebagian hidupnya di dalam inang siput.Di
seluruh dunia, sekitar 200 juta orang terinfeksi cacing darah (Schistosoma) dan menderita
skistosomasis, penyakit yang gejala-gejalanya mencakup nyeri,anemia, dan
disentri.
Hidup di dalam inang-inang yang
berbeda menghadapkan trematoda pada berbagai tuntutan yang tidak dihadapi oleh
hewan yang hidup bebas.Cacing darah,
misalnya, harus menghindari sistem imun pada siput maupun manusia.Dengan
meniru protein permukaan inangnya, cacing darah menciptakan kamuflase imunologis
parsial bagi dirinya sendiri.Cacing tersebut juga melepaskan molekul-molekul
yang memanipulasi sistem imun inang sehingga menoleransi keberadaan parasit.
Pertahanan-pertahanan ini sangat efektif sehingga individu cacing darah dapat
sintas di dalam tubuh manusia selama lebih dari 40 tahun.
Akan tetapi, kebanyakan monogenea
adalah parasit eksternal pada ikan.Siklus hidup monogenea relatif sederhana;
larva bersilia yang berenang bebas memulai infeksi inang ikan.Walaupun
monogenea secara tradisional dijajarkan dengan trematoda, beberapa bukti struktural
dan kimiawi menunjukkan bahwa mereka lebih berkerabat dekat dengan cacing pita.
Contoh lain pada Fasticiola Hepatica
Ukuran tubuh antara pada Fasciola
Hepatica 8-13 mm, bentuknya pipih (seperti daun), susunan tubuhnya
tripoblastik.
1.Lapisan ektoderm (tipis,
mengandung sisik kitin dan sel-sel tunggal kelenjar, dilapisi kutikula yang
berfungsi melindungi jaringan di bawahnya dan cairan hospes).
2.Lapisan endoderm
(mengandung sisik chitine dan sel-sel tunggal kelenjar. Ektoderm melapisi
saluran pencernaan).
3.Lapisan mesoderm
(merupakan jaringan yang membentuk otot, alat ekskresi dan saluran reproduksi).
Sistem pencernaan makanan
sederhana. Saluran pencernaan terdiri atas: mulut, faring (saluran
pendek) esophagus, usus (terdiri dari dua cabang utama yang menjulur dari
anterior ke posterior sebelah-menyebelah dalam tubuh). Selanjutnya cabang utama
itu akan bercabang lagi (cabang tersebut disebut divertikulum, seperti pada
Planaria). Tidak memiliki sistem sirkulasi, maka bahan makanan diedarkan oleh
saluran pencernaan makanan itu sendiri.
Yang khas
pada semua cacing pipih, sistem protonefridial yang terdiri atas flame cells
(flame bulbs) dihubungkan oleh tubulus yang bersatu menjadi duktus yang lebih
besar bermuara secara bebas keluar tubuh atau bergabung dahulu menjadi suatu
kandung kencing yang bermuara pada atau dekat ujung posterior cacing. Flame
cells atau duktus tidak hanya berfungsi untuk ekskresi, tetapi juga untuk
pengaturan air dan barangkali untuk menjaga agar cairan tubuh selalu bergerak.
Duktus-duktus atau tubulus-tubulus mengandung tonjolan-tonjolan kecil seperti
jari, yang diduga membantu reabsorpsi dengan peningkatan daerah permukaan
internal.
Fasciola hepatica bersifat
hermaprodit, dari setiap individu dapat menghasilkan ratusan ribu telur, telur
tersebut dikeluarkan ke usus dan keluar bersama-sama dengan feses. Telur bila
sampai pada tempat yang baik (basah) akan menetas menjadi miracidium.
Miracidium ini bergerak dengan silianya ke siput Lymnea dan masuk ke dalam tubuh
siput (miracidium di luar tubuh siput tahan hidup selama 8 jam). Mirasidium
keluar dari telur di dalam usus siput. Berhubung siput senang makan tinja, maka
terdapat kesempatan luas untuk tertelannya telur cacing ke dalam usus
siput. Miracidium setelah dua minggu di dalam tubuh siput akan menjadi
sporocyst yang menghasilkan redia-redia yang mempunyai sebuah batil hisap yang
telah berkembang sempurna dan sebuah usus embrionik. Sebagian besar jaringan
internal bersifat germinal, dan di dalam redia akan dihasilkan
cercaria-cercaria . Cercaria yang masak mempunyai dua batil hisap, usus yang
bercabang dan mempunyai alat gerak semacam ekor untuk menempel pada
tumbuhan air atau tumbuhan darat dekat dengan tempat berair dalam bentuk
metacercaria (mengkista). Selain itu mereka juga memiliki berbagai macam
sel-sel kelenjar, termasuk sel-sel penembus dan sitogenik. Sel sitogenik
tersebut berperanan di dalam pembentukan dinding sista metacercaria. Seperti
mirasidia, cercaria mungkin juga mempunyai bintik-bintik mata atau fotoreseptor
yang mengandung sel-sel sensoris dan sel-sel berisi pigmen. Metacercaria yang
mengkista dapat termakan oleh ternak dan akan menjadi Fasciola hepatica dewasa
yang menetap di dalam hati.
3. Cestoda
Cacing pita
( Cestoidea) juga bersifat parasitik.Cacing pita dewasa sebagian besar hidup di
dalam vertebrata, termasuk manusia.Pada
cacing pita, ujung anterior, atau skoleks (scolex),
dipersenjatai dengan penghisap dan kait yang digunakan untuk melekatkan diri ke
lapisan usus inangnya.Cacing pita tidak memiliki mulut dan rongga
gastrovaskular; mereka mengabsorpsi nutrient yang dilepaskan oleh pencernaaan
di dalam usus inang.Absorpsi terjadi diseluruh permukaan tubuh cacing pita.
Bagian yang
terletak posterior terhadap skoleks adalah pita panjang dari unit-unit yang
disebut proglotid, yang pada dasarnya hanyalah kantong organ seks.Setelah
reproduksi seksual, proglotid yang penuh dengan ribuan telur yang
terfertilisasi dilepaskan dari ujung posterior cacing pita dan meninggalkan
tubuh inang bersama feses.Pada salah satu tipe siklus hidup cacing pita, feses
yang terinfeksi mengontaminasi makanan atau air dari inang perantara, misalnya
babi atau sapi.Telur cacing pita pun berkembang menjadi larva yang membentuk
kista di dalam otot-otot hewan ini.Manusia tertular larva melalui konsumsi
daging yang tidak dimasak dengan baik dan terkontaminasi dengan kista, dan
cacing akan berkembang menjadi dewasa di dalam tubuh manusia.Cacing pita yang
besar dapat menyumbat usus dan merampas cukup banyak nutrient dari inang
manusia sehingga menyebabkan defisiensi nutrisi.Dokter biasanya meresepkan
obat-obatan yang dimasukkan melalui mulut, niklosamida, untuk membunuh cacing
dewasa.
Contoh pada
Taenia Saginata
Taenia merupakan cacing
yang sangat Panjang yang terdiri atas: sebuah kepala bulat yang disebut scolex,
sejumlah ruas yang sama yang disebut proglottida. Pada kepala terdapat alat
hisap dan jenis Taenia solium mempunyai kait (rostellum). Di belakang scolex
terdapat leher kecil yang selalu tumbuh yang akan menghasilkan proglottida baru
yang mula-mula kecil tumbuh menjadi besar. Panjang tubuh cacing pita mencapai 2
meter. Proglottida yang paling akhir merupakan proglottida yang paling tua yang
selalu melepaskan diri. Dalam proglottida tua terdapat sejumlah telur.
Tubuh cacing pita disesuaikan dengan kehidupan
parasit. Tidak mempunyai alat pencernaan makanan, karena langsung menghisap zat
makanan pada hospesnya.Saluran ekskresi memanjang dengan cabang-cabang yang
berakhir dengan sel api.Sistem syaraf seperti pada Planaria dan cacing hati,
tapi tidak begitu berkembang baik.
Proglottida yang masak mengandung alat
reproduksi jantan yaitu: (1) testis yang menghasilkan spermatozoa, (2) vasa
deferensia yang membawa ke (3) lubang genital. Alat reproduksi betina yaitu:
(1) ovari yang menghasilkan sel telur, (2) oviduct yang merupakan penyalur sel
telur, (3) kelenjar yolk (kuning telur yang membungkus sel telur), (4) kelenjar
pembungkus yang membungkus telur dan seterusnya masuk ke (5) uterus. Di dalam
uterus itulah akan terjadi fertilisasi atau pembuahan dengan spermatozoa,
yang mungkin datang dari proglottida yang sama. Setelah itu turun ke vagina.
Proglottida yang telah masak dan tua yang banyak mengandung sel telur yang
telah dibuahi akan lepas dan keluar bersama-sama dengan feses hospes. Telur
yang mengandung embrio yang termakan oleh babi akan tumbuh menjadi larva yang
melobangi dinding usus terus mengikuti aliran darah menetap di daging menjadi
kista, yang selanjutnya menjadi Cysticercus. Bila daging tersebut dimakan masih
mentah, maka Cysticercus menjadi daging dewasa di dalam usus hospes baru.
Cestoidea
terbagi menjadi 2 subclassis :
1. Subclassis
Cestodaria
Ø Tubuh
(strobila) tidak bersegment; lat reproduksi tunggal
Ø Tidak
mempunyai tractus digestivus
Ø Onchosper
mempunyai 10 kait
Ø Kebanyakan
bersifat parasit
2. Subclassis
Cestoda
Ø Tubuh
bersegment yang disebut proglottid
Ø Umumnya
mempunyai satu alat reproduksi atau lebih
Ø Onchosper
mempunyai 6 kait
Ø Terdiri atas
3 ordo yaitu: Psedophyllida, Cyclophyllida dan Tetraphyllidea;spesies dari 2
ordo yang pertama bersifat parasit pada manusia.
Ordo 1 Pseudophyllidea
Ø Scolex
umumnya mempunyai 2 bothria atau celah dan kadang-kadang terdapat 4 proboscis dengan kait-kait
Ø Porus uterin
pada permukaan proglottid yang datar
Ø Uterus
mempunyai sebuah sacculus (kantong kecil) dan vitellaria tersebar
Ø Ova
bercapsula dan onchosper bercilia
Ø Contoh : Diphyllobothrium cordatum,Diplogonoporus grandis,Ligula intestinalis
Ordo 2 Cyclophyllidea
Ø Scolex
mempunyai 4 alat penghisap berbentuk mangkuk dan mempunyai rostellum
Ø Porus uterin
tidak ada
Ø Proglottid
yang telah gravid akan terputus dari strobila
Ø Ova tidak
bercapsula
Ø Onchospher
tidak bersilia
Ø Contoh : Taena solium, Dipylidium caninum, Hymenelepis
nana
Ordo 3 Tetraphyllidea
Ø Scolex
mempunyai 4 bothridia, 4 alat penghisap, atau 4 proboscis, kadang-kadang dengan
kait-kait
Ø Porus uterin
jarang ada dan vitellaria diffus terdapat di bagian lateral proglottid
Ø Ova tidak
bercapsula
Ø Onchosper
tidak bersilia
Ø Spesies
bersifat parasit pada Pisces, Amphibia dan Reptilia
Ø Contoh :
Phyllobothrium dahrnii
C. Morfologi dan Fisiologi
Platyhelminthes
Tubuh
Platyhelminthes simetri bilateral yang berbentuk pipih. Ukuran platyhelmintes
sangat beragam, mulai dari yang hampir mikroskopis sampai yang panjangnya 20
meter. Filum Platythelminthes adalah hewan triploblastik yang terdiri dari
ektroderm, mesoderm, dan endoderm. Platyhelminthes tidak memiliki rongga tubuh
(selom), jadi mereka disebut hewan aselomata. Sistem pencernaan pada
Platyhelminthes terdiri dari mulut, faring dan usus. Usus tersebar ke seluruh
tubuh. Karena Platyhelminthes tidak memiliki anus, maka sistem pencernaan
Platyhelminthes disebut juga system pencernaan satu lubang. Platyhelminthes
juga tidak memiliki sistem respirasi dan ekskresi. Pernapasan dilakukkan secara
difusi oleh seluruh sel tubh Platyhelminthes. Platyhelminthes tertentu memiliki
sistem saraf tangga tali. Sistem saraf tangga tali terdiri dari sepasang simpu
saraf (ganglia) dengan sepasang tali saraf yang memanjang dan bercaang
melintang seperti tangga. Organ reproduksi jantan dan betina berada di dalam
satu individu Platyhelminthes sehingga disebut hermafrodit.
D.
Reproduksi Platyhelminthes
Cacing
pipih dapat berkembang biak secara aseksual dan secara seksual. Secara aseksual
dilakukan dengan pembelahan tubuh. Tiap-tiap hasil pembelahan akan meregenerasi
bagian yang hilang. Cara ini biasa dilakukan oleh Tubellaria sp. Secara seksual
dilakukan dengan perkawinan silang meskipun cacing pipih bersifat hermafrodit.
Zigot dan kuning telur yang terbungkus kapsul akan menempel pada batu atau
tumbuhan, kemudian menetas menjadi embrio yang mirip induknya.
E.
Sistem Pencernaan Platyhelminthes
Sistem
pencernaan cacing pipih disebut sistem gastrovaskular, dimana peredaran makanan
tidak melalui darah tetapi oleh usus.Sistem pencernaan cacing pipih dimulai
dari mulut, faring, dan dilanjutkan ke
kerongkongan.Di belakang kerongkongan terdapat usus yang memiliki cabang ke
seluruh tubuh.Dengan demikian, selain mencerna makanan, usus juga mengdarkan
makanan ke seluruh tubuh.
Selain itu, cacing pipih juga
melakukan pembuangan sisa makanan melalui mulut karena tidak memiliki anus.Cacing pipih tidak memiliki sistem
transpor karena makanannya diedarkan melalui sistem gastrovaskular. Sementara
itu, gas O2 dan CO2 dikeluarkan dari tubuhnya melalui
proses difusi.
F. Peranan Platyhelminthes Dalam Kehidupan
Adapun peranan
Platyhelminthes dalam kehidupan adalah sebagai berikut:
1. Planaria menjadi
salah satu makanan bagi organisme lain.
2. Cacing hati maupun cacing pita merupakan parasit pada
manusia
a.
Schistosoma sp, dapat
menyebabkan skistosomiasis, penyakit parasit yang ditularkan
melalui siput air tawar pada manusia. Apabila cacing tersebut berkembang di
tubuh manusia, dapat terjadi kerusakan jaringan dan organ seperti kandung
kemih, ureter, hati, limpa, dan ginjal manusia.Kerusakan tersebut disebabkan
perkembangbiakan cacing Schistosoma di dalam tubuh.
b.
Clonorchis sinensis yang menyebabkan infeksi cacing hati
pada manusia dan hewan mamalia lainnya,
spesies ini dapat menghisap darah manusia.
c. Paragonimus
sp, parasit pada paru-paru manusia. dapat menyebabkan gejala gangguan pernafasan yaitu sesak
bila bernafas, batuk kronis, dahak atau sputum becampur darah yang berwarna
coklat (ada telur cacing).
d. Fasciolisis sp, parasit di dalam saluran
pencernaan. Terjadinya radang di daerah gigitan, menyebabkan
hipersekresi dari lapisan mukosa usus sehingga menyebabkan hambatan makanan
yang lewat. Sebagai akibatnya adalah ulserasi, haemoragik dan absces pada dinding
usus. Terjadi gejala diare kronis.
e.
Taeniasis, penyakit yang disebabkan oleh Taenia
sp. Cacing ini menghisap sari-sari makanan di usus manusia.
f.
Fascioliasis,
disebabkan oleh Fasciola hepatica.
Merupakan penyakit parasit yang menyerang semua jenis ternak. Hewan terserang
ditandai dengan nafsu makan turun, kurus, selaput lendir mata pucat dan diare.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Platyhelminthes
berasal dari bahasa Yunani, dari kata platys yang berarti pipih,dan helminthes
yang berarti cacing.Platyhelminthes merupakan cacing pipih yang memiliki
simetri bilateral ( bentuk tubuh dengan bidang longitudinal pusat membagi tubuh
menjadi dua paruhan yang setara namun berlawanan) dan sistem saraf pusat yang
mengolah informasi dari stuktur-struktur indra.Platyhelminthes merupakan cacing
pipih (flatworm) yang hidup di
habitat-habitat laut, perairan tawar, dan daratan yang lembab.Selain bentuk
yang hidup bebas, cacing pipih mencakup pula banyak spesies parasit, misalnya
cacing hati (flukses) dan cacing pita
(tapeworm).Cacing pipih dinamai
demikian karena mereka memiliki tubuh kurus yang memipih secara dorsoventral (antara permukaan dorsal
dan ventral; platyhelminth berarti
‘cacing pipih’.Cacing pipih yang paling kecil merupakan spesies yang hidup
bebas dan berukuran hampir mikroskopik, sementara beberapa cacing pita bisa
mencapai panjang lebih dari 20 m.
Walaupun cacing pipih mengalami
perkembangan tripoblastik yaitu memiliki 3 lapisan germinal seperti endoderm
(lapisan dalam), mesoderm (lapisan diantara endoderm dan ektoderm), dan
ektoderm (lapisan luar) tetapi mereka merupakan aselomata( hewan yang tidak
memiliki rongga tubuh).Cacing pipih terbagi menjadi empat kelas yaitu
Turbellaria (sebagian besar merupakan cacing pipih yang hidup bebas),
Monogenea,Trematoda (cacing hati), dan CestoIda (cacing pita). Cacing pipih dapat berkembang biak
secara aseksual dan secara seksual. Secara aseksual dilakukan dengan pembelahan
tubuh. Tiap-tiap hasil pembelahan akan meregenerasi bagian yang hilang. Cara
ini biasa dilakukan oleh Tubellaria sp. Secara seksual dilakukan dengan
perkawinan silang meskipun cacing pipih bersifat hermafrodit. Sistem pencernaan cacing pipih disebut sistem
gastrovaskular, dimana peredaran makanan tidak melalui darah tetapi oleh usus
B.
Saran
Demikian makalah yang kami buat,
semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.Kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dalam hal ini kami memerlukan
kritik dan saran dari pembaca agar makalah ini menjadi lebih baik.
Daftar Pustaka
Campbell.2008.Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2.Jakarta:Erlangga.
Prof.Drs.Radiopoetro.1985.Zoologi.Jakarta:Erlangga.
https://docs.google.com/document
diakses di Yogyakarta pada tanggal 10 Maret 2016 pada pukul 09.30 WIB.
http://firmanbiotik.blogspot.co.id/2013/09/makalah-platyhelminthes.html di akses di Yogyakarta pada tanggal 9 Maret
2016 pada pukul 14:30 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar